Film Terbaru Robert Rodriguez dengan Permainan Darah

Lupakan serial 'Spy Kid'. Bahkan, lupakan trilogi 'El Mariachi'. Ini adalah Robert Rodriguez yang suka film eksploitasi dan grindcore. Maka, Anda akan disuguhi kesadisan, darah muncrat, kepala dan tangan tertebas, sampai sang jagoan yang bisa mengeluarkan usus musuhnya, lantas dipakai sebagai tali. Dan, adegan sadis --bagi beberapa orang justru yang ditunggu-tunggu-- itu berlangsung berkali-kali dalam film berdurasi 105 menit ini.

Inilah kepanjangan tangan dari 'Planet Terror' (ingat, alat vital Quentin Tarantino meleleh di film ini, saat hendak memperkosa). Dibantu Ethan Maniquis (editornya di 'Planet Terror') di kursi sutradara, Robert benar-benar menumpahkan kecintaannya pada jenis film yang berdarah-darah. Dan, tentu saja, ia juga tengah bermain-main.

Pertama, aktor yang biasanya berperan baik menjadi jahat atau setidaknya mengesalkan dan nakal. Lihat saja Steven Siegel (sebagai Torrez) yang sama sekali tak pernah menjadi tokoh antagonis, di sini malah menjadi penjahat utamanya. Lihatlah pula Lindsey Lohan (sebagai April Booth, hanya syuting selama tiga hari) yang berenang telanjang dan 'threesome' dengan Machete (diperankan Danny Trejo) dan ibunya dengan direkam kamera—tujuan awalnya untuk diunggah ke situs pribadinya dia.

Tengok Don Johnson (Von) yang biasanya jadi jagoan (ingat serial televisi 'Miami Vice'?) yang berubah total hingga nyaris tak dikenali secara fisik. Pun dengan Robert De Niro (McLaughlin) yang acap menjadi protagonis. Dan, lihatlah Jessica Alba (Sartana), tokoh polisi perbatasan, yang anak manis tiba-tiba menjadi menyebalkan dengan gaya sok berkuasanya.

Kebermainan kedua adalah dalam hal yang di Indonesia dianggap sangat sensitif, yakni stereotip buruk ras dan etnis. Ya, film ini bercerita tentang politisi Amerika dan pengikutnya yang sangat membenci imigran, khususnya dari Meksiko, dan berupaya melakukan apapun agar tidak ada lagi warga negeri jiran yang menyeberang. Senator McLaughlin bekerja sama dengan Torrez bahkan olok-olokannya begitu vulgar.

Ada sebuah iklan tentang betapa para imigran itu menyusahkan dan menjadi parasit, bagai kecoak, dengan gambar belasan kecoak bertumpukan. Tentu ini karena kedua sutradara berupaya menjadi observer yang baik—saya pernah ngobrol dengan warga AS di Los Angeles yang mengeluhkan mengapa orang Latin enggan berbaur, tak mau berbahasa Inggris, dan lebih suka memakai bahasa ibunya. Tapi, tentu saja, sang jagoan (yang, ini juga asyik, tidak tampan) mendapatkan wanita-wanita cantik di film ini.

Ketiga, Isu soal mitos bernama Machete dan She. "Lebih asyik jadi mitos," ungkap Luz (Michele Rodriguez). Juga patut disimak dialog ini: "Machete don't text!" di tengah maraknya teknologi smartphone.

Film ini, seperti judulnya, berfokus pada Machete (nama diambil dari senjata kesayangannya: parang). Ia dikhianati dan didzalimi justru saat ia sedang menjalankan tugasnya sebagai aparat keamanan (Federale). Anak istrinya dibunuh (tipikal film-film Seagal atau Claude van Damme, ya?). Tiga tahun kemudian, Machete yang luntang-lantung tak punya pilihan kecuali mau disewa menjadi pembunuh bayaran dengan sasaran McLaughlin, senator yang anti imigran, yang di adegan awal terlihat membunuh para pendatang haram tanpa surat.

Dan, sekali lagi, ia dijadikan korban, hingga banyak yang menyangka justru para orang tanpa dokumen ini berbahaya karena berupaya membunuh. Cerita selanjutnya, bagaimana Machete menyelesaikan masalah ini. Namanya, dan nama She, menjadi mitos harapan warga Meksiko pendatang, khususnya yang illegal. Tentu saja film ini dihiasi dengan wanita cantik, yaitu Luz—pedagang yang diam-diam membantu imigran gelap dengan organisasinya—dan Sartana, polisi perbatasan yang terlalu naif dan idealis hingga menjadi sakleg.

Kelahiran 'Machete' sebenarnya cukup unik. Trailer palsu film ini ada di film Rodriguez sebelumnya, 'Grindhouse' (2007) dan 'Planet Terror' yang juga diedarkan terpisah. Cuplikannya begitu menggoda hingga banyak yang meminta filmnya diwujudkan. Tapi, ada versi lain yang mengatakan bahwa ia sudah menulis skenarionya pada 1993, setelah menulis 'Desperado' (1995).

Film ini ditutup dengan pernyataan bahwa film ini akan dua sekuelnya, 'Machete Kills' dan 'Machete Kills Again'. Ah ya, satu trivia unik lagi: Trejo sudah berperan sebagai Machete sejak 'Spy Kid' (2002) dan kelanjutannya. Namanya: Isador "Machete" Cortez.

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Silahkan Tinggalkan Komentar atau Saran Anda Dibawah Ini

eXTReMe Tracker